Latest News

Featured
Featured
Recent Posts

Sunday, September 15, 2019

KRISTEN ARAB Enam Ratus Tahun Lebih Dulu...


Perlu diinformasikan bahwa umat Kristen yang berasal dari etnis Arab ada puluhan juta jumlahnya di Timur-Tengah sana. Mereka adalah orang-orang asli Arab yang biasa menggunakan bahasa Arab maupun budaya Arab. 

Orang-orang Arab beragama Kristen sudah lebih dulu ada/eksis 600 tahun sebelum Islam lahir. Kristen sudah ada sejak abad pertama sedangkan Islam baru lahir pada abad ketujuh. Oleh karena itu tidak setitik-pun umat Kristen Arab menyontek budaya Islam sebagaimana yg sering dituduhkan. 

Membaca Kitab/qiroat dengan tilawah, musik (gambus, kecapi, rebana), berkerudung, berhijab, berpakaian gamis, berpeci dan seterusnya itu sudah menjadi tradisi atau budaya Timur-Tengah. Saat Islam belum ada, ratusan tahun kekristenan telah menggunakan tradisi/ budaya ini. 

Adapun istilah sholat/sholah, sholawat, qosidah, alhamdulillah, insya Allah, Allahul Abi, Al-Masih dst, itu ternyata sudah lazim digunakan oleh umat Kristen Arab. Bahkan kata  "Kafir" sudah lebih dulu digunakan oleh orang Kristen utk menyebut orang-orang yg menyangkal kebenaran yg dibawa Jesus, Tuhan. 

Istilah "Kafir" pertamakali digunakan oleh kalangan petani di jazirah Arab utk menyebut orang yg suka menyembunyikan hasil panen-nya dgn cara menutupinya dengan tanah/pasir. Jadi, aneh bila kemudian kata "Kafir" diklaim sbg istilah milik Islam, yg lalu dipakai utk menyebut orang-orang diluar Islam yg tidak mempercayai Muhammad.

Bagi umat Kristen Arab, Allah adalah istilah untuk menyebut Tuhan dalam bahasa mereka. Allah yg dimaksud adalah Allah yang Esa yang telah Nuzul ke dunia sebagai Yesus Kristus atau Yasu'a Al-Masih 2000 tahun lalu, dimana Kitab Suci mengatakan bahwa tidak ada nama lain yang oleh karenaNya manusia dapat diselamatkan.  

Mereka menggunakan istilah-istilah tersebut karena memang itulah bahasa asli mereka sebagai orang Arab, yang lahir di tanah Arab. Misal: orang Kristen yang masuk kamar utk berkomunikasi dengan Allah (berdoa), itu mereka sebut sholat. Bahkan doa-doa spontan ketika mau makan, minum, belajar, bepergian, doa dengan teks yang baku (doa 7 waktu dll) atau doa pada pertemuan jema'ah, semua itu mereka sebut sebaga "sholat atau sholah".

Makna dari sholat adalah memuji Tuhan, memohon, dialog /interaksi/berhubungan maupun bersyukur kepada-Nya. Jadi tidak benar bila dikatakan bahwa istilah sholat cuma dikhususkan hanya pada doa 7 waktu, lha wong 'Doa Bapa Kami' yang berdiri sendiri saja juga disebut sbg "Sholat Ar-Robbaniyyah" atau doa yang diajarkan Tuhan sendiri kepada kita...

Demikian juga dengan istilah "sholawat, qosidah, alhamdulillah" dst, itu biasa diucapkan oleh umat Kristen Arab. Mereka juga biasa memakai nama-nama sebagai berikut: "Abdul, Azis, Faraq, Faruq, Ashraf, Taufik, Malik, Amir, Ibrohim, Sulayman, Yunus, Buthrus, Ya'aqub, Ishaq, Syamuil, Harun, Yuhanna, Musa, Kamil, Halim, Hilmi, Faisal, Habib, Labib, Kamal, Jibran, Nabil, Nabila, Nadir, Nazhir, Naufal, Haddad, Majdi, Nashrallah,  Athallah, Mansur", dan seterusnya...

Bila ada muslim Indonesia yang mengatakan bahwa Kristen mencontek Islam, itu adalah tuduhan gila dari orang-orang mabok agama yg tdk mengerti apa-apa tentang sejarah agamanya. Bagaimana mungkin Kristen yg lebih dulu eksis mencontek Islam yg belakangan lahir? Yang paling mungkin adalah sebaliknya, bukan? Tapi itu tidak menjadi masalah bagi orang Kristen... 

Sekali lagi saya katakan, Kristen itu jauh lebih dulu ada di Timur-Tengah. Pada hari Pentakosta dan pewartaan Para Rasul pada abad ke-1 banyak orang Arab (kafir) bertobat dan kemudian dibaptis. Orang Kristen dalam bahasa Arab sering disebut Masihiyyin, sedangkan istilah "Kekristenan" atau "Kristiani" 
disebut sbg Masihiyyah. Ad-Din Masihi adalah sebutan utk "Agama Kristen". 

Sedangkan "Nasroni", adalah istilah yg lazim dipakai oleh muslim Arab utk menyebut orang-orang pengikut Isa, walau Isa yg mereka maksud entah Isa yg mana karena sama sekali berbeda dgn sosok Isa (Jesus) yg ratusan bahkan ribuan tahun lebih dulu tertulis dengan amat detail di Alkitab...

Demikian, utk dipahami.....
#lucmartinsitepu

Saturday, March 30, 2019

Hendropriyono: Pemilu Kali Ini yang Berhadapan Ideologi Pancasila dengan Khilafah

Hendropriyono: Pemilu Kali Ini yang Berhadapan Ideologi Pancasila dengan Khilafah

Merdeka.com - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono menilai Pemilu 2019 yang digelar serentak 17 April mendatang sangat berbeda dari Pemilu pernah dilaksanakan di Indonesia. Menurut dia, pertarungan Pemilu sekarang ini adalah dua ideologi berbeda.

"Pemilu kali ini yang berhadap-hadapan bukan saja hanya subjeknya. Orang yang berhadapan bukan hanya kubu, kubu dari PakJokowi dan kubu dari Pak Prabowo, bukan. Tapi ideologi," kata Hendropriyono di Gedung Pertemuan Kesatrian Soekarno Hatta, BIN, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (28/3).

Hendropriyono mengatakan, yang bertarung pada Pemilu kali ini adalah ideologi Pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat harus mulai menentukan pilihan dan memahami calon pemimpin dipilih pada Pemilu 2019.

"Bahwa yang berhadap-hadapan adalah ideologi Pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Tinggal pilih yang mana. Rakyat harus jelas mengerti. Bahwa dia harus memilih yang bisa membikin dia selamat," ujar dia.

Hendropriyono menjelaskan, selama ini, ideologi Pancasila telah membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya. Namun, dengan adanya ideologi khilafah yang sekarang ini sedang marak, masyarakat pun harus lebih memahami apa yang benar-benar menjadi pilihannya.

Hal ini kata dia, karena ideologi khilafah sendiri sudah tidak berfungsi sejak abad ke-13, tepatnya sejak tahun 1258. Menurut Hendropriyono, negara-negara Islam dan Arab sekalipun lebih memilih tata negara kerajaan.

"Tidak ada lagi yang memilih khilafah ini. Karena juga secara resmi sudah tidak diikuti, dibubarkan. Itu 1924. Masa sekarang mau kesana. Jangan coba-coba. Kita tau apa yang terjadi di Suriah dan Iraq adalah karena coba-coba," kata dia.
"Jadi tolong jangan salah pilih. Saya tidak nakut-nakutin," tambahnya.

Jangan Golput

Hendropriyono turut mengatakan, Indonesia sebagai negara yang kaya budaya atau heterogen sebenarnya tidak memiliki peluang untuk menganut ideologi khilafah yang hanya berlaku bagi penganut agama Islam.

Ia pun mengimbau agar masyarakat benar-benar yakin dengan pilihan yang dianggapnya sebagai yang terbaik. Karenanya, golput pun sebaiknya dihindari.

"Kalau pada golput ya berarti kita terima nasib. Kita kan tidak lagi bicara cuma mencari pemimpin terbaik. Tapi jangan sampai kita dipimpin oleh orang terburuk. Itu saja. Kalau sampai kita dipimpin sama orang terburuk, kita sampai ada satu titik kita tidak bisa kembali lagi. Maju kena, mundur kena, dan ini nasib kita sekarang tinggal beberapa hari lagi," ujarnya.

"Silakan pilih dan ketahuilah bahwa saudara-saudara akan memilih satu negara yang dari proklamasi sampai sekarang ideologi Pancasila atau ideologi yang lain," tandas Hendropriyono.

Link : https://www.merdeka.com/politik/hendropriyono-pemilu-kali-ini-yang-berhadapan-ideologi-pancasila-dengan-khilafah.html

Khilafah Bukan dari Alquran, Khilafah Ciptaan Ulama



Khilafah Bukan dari Alquran, Khilafah Ciptaan Ulama

Mahfud MD (ibnu/detikcom)

Salatiga - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menantang siapa saja yang mampu menunjukkan sistem pemerintahan khilafah ada di dalam Alquran dan hadis. Perubahan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia tidak bisa dilakukan secara radikal.

"Saya nantang siapa saja, di mana saja, di dalam forum yang terbuka. Yang bisa menunjukkan kepada saya, tentang adanya kholifah atau khilafah tentang adanya khilafah sebagai sistem pemerintahan, ya di dalam Alquran dan hadis. Saya katakan kalau khilafah banyak, tapi bukan dari Alquran dan alhadis. Itu adalah ciptaan para ulama berdasar kebutuhan, waktu, dan tempat masing-masing," kata Mahfud.

Hal itu ia sampaikan setelah menjadi pembicara dalam seminar nasional 'Tantangan NKRI di Tengah Penetrasi Ideologi Transnasional' di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Kamis (7/12/2017). Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu Prof KH Yudian Wahyudi (Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dan Prof Muh Zuhri (guru besar Fakultas Syariah IAIN Salatiga).

Mahfud mengatakan 57 negara Islam yang tergabung dalam OKI menganut sistem khilafah, tapi berbeda-beda. Hal tersebut bisa berbeda karena, dalam Alquran dan hadis, sistemnya tidak diajarkan.

"Kenapa beda? Ya karena memang Alquran dan alhadis tidak mengajarkan sistemnya. Prinsipnya nilainya mengajarkan bahwa khilafah harus berkeadilan. Tapi kalau sistemnya seperti apa, tidak ada," ujar Mahfud, yang menjabat anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila.

Mahfud lebih jauh menyebutkan khilafah berasal dari bahasa Arab dari kata 'sistem pemerintahan'.
"Jadi jangan berpikir mau mengganti sistem yang radikal karena tidak ada di dalam Alquran dan hadis sistem yang betul-betul menurut Islam seperti apa? Tidak ada. Arab Saudi yang dikatakan negara Islam di sana banyak korupsi juga sehingga sekarang terjadi pemecatan-pemecatan di kalangan elite, katanya islam itu khilafah. Mau niru Brunei? Di Brunei mau disebut sebagai contoh kita nggak suka, di sana nggak ada parlemen. Mau niru Malaysia? Mau niru Pakistan? Jadi semua buat sendiri-sendiri," katanya.

Adapun Indonesia telah membuat sistem pemerintahan sendiri, kata Mahfud. Menurut KH Ahmad Asan Basir dan Kiai Ahmad Sidik serta Abdurrahman Wahid dari NU dan Muhammadiyah, sistem pemerintahan di Indonesia sudah kompatibel dan cocok dengan ajaran Islam.

"Bahwa banyak konflik bukan karena sistemnya, tapi orangnya. Sama di Arab Saudi korupsinya banyak, di Malaysia sama, di Pakistan sama, di negara-negara yang disebut Islam, korupsinya juga banyak, pencurinya juga banyak, kan bukan karena sistem, orang miskinnya juga banyak itu lho," tuturnya